Selasa, 16 Desember 2008

POSTING PERDANA


Ini merupakan posting pertama aku, bingung mikirin topik awal sekedar intermezo aku ceritain aja tentang profesiku sekarang. Aku sekarang bekerja sebagai dosen di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI (dulunya IKIP Bandung). Pekerjaan yang menurut kebanyakan orang tidak begitu menjanjikan. Tapi kenapa ya aku mau jadi dosen?. Padahal cia-cita aku sejak SD hingga SMA selalu tidak berubah yaitu pengen jadi tukang insinyur. Mulai SMA aku sudah memfokuskan diri agar cita-citaku itu terwujud. Tapi entah kenapa sepertinya takdir bicara lain, aku ikut UMPTN saat itu milih Elektro ITB dan Elektro UGM malah gagal dan baru pada kesempatan kedua aku mulai merubah arah untuk mengabdi sebagai guru, itupun atas saran bijak almarhumah ibunda tercinta, saat itu beliau bilang :"...jang, geura cobaan testing teh ka IKIP wae (dulu masih IKIP belum UPI), da kulawarga urang mah gurat na jadi guru, sok geura pasti lulus...... Maka sejak itu aku mulai menjelajah kira-kira jurusan apa yang tepat sehingga aku tidak berbelok terlalu jauh dari obsesiku semula. Pilihan jatuh pada jurusan pendidikan teknik Elektro. Alhamdulillah berkat doa ampuh ibunda tahun 1993 aku diterima di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro IKIP Bandung.

Ada sedikit cerita menarik dan selalu terngiang sampai sekarang, yaitu aku berjuang untuk dapat lolos UMPTN dengan persiapan sekedarnya. Jika orang lain mempersiapkan dengan mengikuti Bimbingan Belajar dan tentunya biayanya mahal, saya hanya bermodalkan buku-buku latihan soal SSC yang dipinjami teman yang telah lulus duluan ke ITB. Kebetulan saat itu aku punya soulmate sejati sebagai sparing partner membahas soal-soal SSC, namanya Haris Sunendar biasa saya panggil sunen (sekarang dia jadi peneliti di laboratorium oceanografi ITB). Dengan semangat baja kami saling tukar tempat belajar, seminggu di rumah saya dan seminggu di rumah haris. Kami saling melengkapi, tentu saja kelebihan aku adalah masalah pengalaman karena aku merupakan veteran UMPTN 1992 sedangkan dia baru pertama kali ikut UMPTN, Sedangkan kelebihan dia ada di rasa percaya dirinya yang tinggi bahwa dia mampu lolos ke ITB (salut euy!!!). Kami berdua sebenarnya punya cita-cita yang sama pengen masuk ITB , tapi aku teringat nasehat ibunda maka kuteguhkan hati untuk membuang jauh harapan itu. Sedangkan si Haris tetap teguh memilih ITB .

Ada kejadian lucu dan mengelitik, yang sering kali jika membayangkannya lagi membuat aku ketawa sendiri. Saat itu tiba waktunya pengumuman UMPTN 1993 sekitar bulan Agustus. Kami berdua sudah deg-degan sejak sehari sebelumnya karena ini menyangkut reputasi akademik dua anak kampung yang bermimpi ingin kuliah. Untuk dapat melihat pengumuman tentunya kami harus membeli koran Pikiran Rakyat, padahal saat itu mungkin sampai sekarang koran tersebut belum menjangkau kampung kami, o ya lupa kami berdua sama-sama dibesarkan di desa Cangkuang Kecamatan Leles Kab. Garut dan sama-sama alumni SMAN Leles Garut. Untuk dapat melihat koran tersebut kita harus menuju kota kecamatan yang jaraknya 4 km dari rumah dan transportasi favorit kami yaitu naik delman. Sepanjang perjalanan muka kami tampak pucat pasi karena masa depan kami ditentukan hari itu dan kami sama-sama bernazar "jika kita atau salah satu lulus maka pulangnya harus jalan kaki".

Setibanya di kota kecamatan kami kebingungan harus kemana mencari koran PR, karena sulit juga mencari tukang koran eceran di sana, paling juga harus naik angkot lagi ke Kadungora, untung saja ada ide cemerlang dari si haris, dia menyarankan pinjem aja sebentar ke kantor BRI yang kebetulan lokasinya dekat alun-alun. Maka dengan malu-malu kami memberanikan meminjam koran ke salah satu pegawai di sana, saat itu banyak juga nasabah BRI yang sedang mengantri. Kami membuka koran dengan jantung berdebar ...dan saat nya tiba ternyata nama aku tertera di sana karena kebetulan nama aku ada di halaman pertama tapi saat itu aku masih menahan rasa gembira karena masih menunggu hasil si Haris yang memang agak lama nyarinya karena nomor testingnya udah ribuan..dia kelihatan mulai cemas juga dan ternyata dia lulus . Kontan saja kami berteriak sekeras-kerasnya sambil berpelukan dan otomatis lupa bahwa kami ada di kantor BRI dan diliatin banyak nasabah....dan lebih seru lagi para nasabah yang lagi antri satu per satu menyalami kami memberi selamat....wah fantasis....layaknya atlet yang dapet mendali olimpiade saja.....dan pulangnya kami berdua menepati nazar untuk berjalan kaki sejauh 4 km menuju rumah....tapi karena euforia kemenangan masih hangat ..meskipun panas terik ...ngak kerasa tuh. Sesampainya di rumah aku langsung membagi kebahagiaan dengan memberi kabar ibunda bahwa aku lulus UMPTN karena kebetulan ibuku sebagai sponsor utama aku untuk ikut UMPTN kedua kalinya , ibuku lantas meneruskan kabar tersebut ke ayahanda begini dialognya :
ibunda : Pak...alhamdulillah si Ade teh lulus testing sipenmaru na. (beliau selalu bilang UMPTN itu SIPENMARU, karena dulu memang namanya itu).
Dengan wajah datar tanpa ekspresi ayahanda menjawab : Naha ..si Ade milu sipenmaru kitu? (gubrak..kalau kata anak sekarang mah)...ternyata selama ini dia ngak tahu bahwa anak tercintanya ikut UMPTN....wah...mungkin karena terlalu banyak anak jadi lupa deh (kami 12 bersaudara lho), dan memang karakter ayahanda tuh dingin dan ngak banyak ngomong, bahkan si Haris menjulukinya : Si Cuek dari Selatan (hapunten nya Pak). Tapi alhamdulilah kalau masalah suport finansial dia nomor satu (thanks Dad..)

Kembali ke topik awal...4 tahun aku menjalani perkuliahan dengan penuh semangat karena untuk mendapatkan kesempatan ini aku harus berjuang keras. Alhamdulillah aku lulus dengan predikat "cumlaude" dan terasa istimewa karena aku telah mencetak sejarah, sebelumnya sepanjang jurusan kami berdiri baru pecah rekor ada yang lulus cumlaude. Dan sebagai konsekuensinya aku diminta sama ketua jurusan saat itu Prof. Dr. Soemarto, MSIE untuk melamar menjadi dosen. Tahun 1999 aku resmi menjadi dosen di JPTE UPI.

Satu pertanyaan yang sering terlontar : kok mau jadi dosen? kan gajinya kecil? pusing lagi berhadapan dengan mahasiswa?

Pertanyaan itu terlalu sering aku terima, dari saudara, temen, tetangga bahkan mertua..he..he, dan hanya ada satu kalimat yang bisa dijawab...hidupku mengalir begitu saja termasuk ketika pilihan pekerjaan untuk jadi dosen menghampiriku....aku tak pernah berfikir panjang, ambil dan nikmati dengan penuh cinta...
Tidak terasa nyaris 10 tahun aku menjalani profesi ini, tapi subhanallah banyak sekali pelajaran hidup yang aku dapatkan, ternyata profesi ini telah memberikan pelajaran hidup yang bermakna, berhadapan dengan beraneka latar belakang mahasiswa, rutin mengajar, meneliti dan membimbing memberikan warna yang maha dasyat dalam perjalanan hidup ini. Sejak lulus S-1 memang aku tidak pernah dihadapkan pilihan pekerjaan diluar bidang pendidikan, ya mungkin itu yang dinamakan garis hidup. Menjadi dosen dan selamanya menjadi dosen.

Keadilan Allah tidak perlu diragukan lagi, memang cita-citaku dulu selepas SMA pengen masuk ITB ngak kesampaian, tapi alhamdulillah atmosfer akademik ITB dapat saya rasakan ketika saya menempuh S-2 dan sekarang sedang menyelesaikan S-3 di ITB dengan beasiswa dari Dikti. Yaa Allah ternyata Engkau memang Maha Pengasih, Maha Pemurah. Tak pernah engkau berhitung tentang seberapa banyak nikmat yang telah engkau berikan kepada hambaMu ini. ...ketika saya menulis blog ini....Allah terus memberikan kenikmatan kepada aku...aku berkesempatan mengikuti program sandwich selama 4 bulan untuk magang riset di Tokyo Institute of Technology...alhamdulillah ya Allah.

3 komentar:

  1. De , kumaha cageur ?

    inget keneh ka saya ( Dadang Iskandar )/ Tutugan Leles, 3 Bio 1...e-mail saya : dadang.iskandar@sandoz.co.id

    BalasHapus
  2. luar biasa. insfiratif pisan pak. semoga bisa menular semangat belajarnya ke saya dan yang lainnya, terutama pada murid murid bapak. dani usman elektro upi 2001.

    BalasHapus
  3. Merit Casino – Fairplay and diversity
    Fairplay Casino is part of the septcasino Merit หารายได้เสริม Rewards Group. Established in 2000, 메리트 카지노 쿠폰 they are a member of the prestigious All-Stars Group.

    BalasHapus